Perempuan dan Pendidikan

Harus dibedakan antara peran perempuan dalam belajar dan teknis belajar bagi perempuan. Perempuan belajar tidak diragukan lagi diperbolehkan bahkan hukumnya wajib mempelajari perkara-perkara yang diwajibkan atasnya untuk dikerjakan.

Rasulullah shallalahu ’alaihi wassalam bersabda:

طلب العلم فريضة على كل مسلم

“Menuntut ilmu hukumnya wajib bagi setiap muslim.”

Bagaimana mungkin perempuan tidak dibolehkan mempelajari agama dan tidak dibolehkan mengajarinya padahal mereka makhluk yang mendapat beban taklif, sedangkan ilmu merupakan kesempurnaan manusia dan kemuliaannya.

Allah ta’ala berfirman:

قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ

Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” (Az-Zumar: 9)

Hukum Perempuan Belajar Menulis

Mayoritas ulama membolehkan perempuan belajar menulis.

Dari Syifa berkata: Sewaktu aku di rumah Hafshah, kemudian Rasulullah shallalahu ’alaihi wassalam masuk dan bersabda:

أَلَا تُعَلِّمِينَ هَذِهِ رُقْيَةَ النَّمْلَةِ كَمَا عَلَّمْتِيهَا الْكِتَابَةَ

“Tidakkah engkau ajari dia ruqyah namlah sebagaimana engkau mengajarinya menulis?” (At-Thahawy dan Abu Dawud).

Metode Pendidikan Perempuan

Syariat melarang wanita keluar rumah kecuali dalam kondisi darurat yang disyariatkan.

Allah ta’ala berfirman:

وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى

“Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu.” (Al-Ahzab: 33).

Dipahami bahwa kemuliaan wanita dengan berdiamnya di dalam rumah.

Maka kebaikan wanita selama mereka berada di dalam rumah, sampai Nabi shallalahu ’alaihi wassalam menetapkan shalat wanita di rumah lebih utama dari shalat berjamaah di masjid.

صلاة المرأة في بيتها أفضل من صلاتها في حجرتها، وصلاتها في مخدعها أفضل من صلاتها في بيتها

Shalat wanita di dalam rumahnya lebih utama dari shalat di aula rumahnya. Dan shalat wanita di dalam makhda’ lebih utama dari shalat di dalam rumahnya. (Abu Dawud).

Berkata Ibnu Al-Atsir: “Makhda’ adalah rumah kecil yang berada di dalam rumah besar. Shalat wanita di dalam makhda’ lebih utama dari shalat di rumah dan di aula rumahnya karena lebih menutup dirinya dan menghalangi dari pandangan manusia”.

Dan dari ’Aisyah radhiyallahu ’anha dia berkata:

لو أدرك رسول الله صلى الله عليه وسلم ما أحدث النساء لمنعهن كما منعت نساء بني إسرائيل

“Andai Rasulullah shallalahu ’alaihi wassalam mengetahui apa yang menimpa wanita hari ini sungguh beliau akan melarang mereka sebagaimana Bani Israil melarang wanita-wanita mereka.” (Bukhari)

Al-Hafizh Al-Aini berkata: “Yaitu perihal berhiasnya wanita, mengenakan pakaian indah dan yang sejenisnya. Andai ’Aisyah radhiyallahu ’anha menyaksikan apa yang menimpa wanita di zaman ini dari berbagai macam bidah, kemungkaran sungguh beliau akan sangat mengingkari.”

Jika keadaan wanita di zaman ’al-’alamah Al-’Aini rahimahullah (w 855 H) seperti itu, maka di zaman kita sekarang seribu kali bahkan bisa dari itu, lebih dahsyat dan lebih parah kerusakannya dari zaman beliau. Dan ulama mutaakhir kami berfatwa makruhnya wanita menghadiri shalat jamaah (di masjid) secara mutlak.

Ibnu Nujaim berkata: “Berkata pengarang dalam Al-Kafi: Fatwa hari ini bahwa (wanita) menghadiri shalat jamaah lima waktu hukumnya makruh, karena munculnya kerusakan-kerusakan. Dan ketika datang ke masjid untuk shalat hukumnya makruh maka demikian pula mendatangi majelis nasihat terutama jika penceramah dari orang-orang bodoh yang berpenampilan ulama.”

Berpijak dari yang telah kita sebutkan, maka lebih utama wanita belajar di rumah bersama mahromnya, karena hak pendidikannya di bawah tanggung jawab walinya.

Allah ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”

Ibnu Abbas berkata: “keluargamu : maksudnya perintahkan mereka melakukan kebajikan dan larang mereka melakukan keburukan serta ajarkan dan didik mereka.”

Rasulullah shallalahu ’alaihi wassalam bersabda:

وَالرَّجُلُ رَاعٍ فِي أَهْلِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ فِي بَيْتِ زَوْجِهَا وَمَسْئُولَةٌ عَنْ رَعِيَّتِهَا

“Dan seorang suami adalah pemimpin keluarganya dan akan dimintai pertanggungjawaban atas keluarganya. Seorang istri adalah pemimpin di dalam urusan rumah tangga suaminya, dan akan dimintai pertanggungjawaban atas urusan rumah tangga tersebut.” (Bukhari).

Berkata Ibnu Al-Haj: Sesungguhnya wanita yang bersuami, maka suaminya wajib mengajarinya jika istrinya bodoh tentang hukum-hukum syariat. Jika suaminya tidak mengajarinya maka dia berhak menuntut suaminya. Jika suaminya tidak mengajarinya maka dia keluar rumah untuk belajar. Jika tidak diizinkan dia boleh keluar rumah untuk belajar tanpa izin.

Jika wanita butuh keluar rumah untuk belajar maka yang lebih utama mengajarnya sesama wanita.

Jika dibutuhkan untuk belajar dengan laki-laki asing maka harus menyiapkan kain pembatas.

---

peringkas: Zen Ibrahim hafizhahullah
tanggal: 2 Dzulhijah 1445 / 10-6-2024
judul: Perempuan dan Pendidikan
sumber kitab: Al-Imaroh Al-Islamiyah wa Nizhamuha
penulis: Qadhi Al-Qudhoh Al-Alamah Asy-Syeikh ’Abdul Hakim AL-Haqani hafizhahullah
git: https://github.com/zenibrahim/imaroh/blob/8a2714c541dc1579e09f6369bbea49bd710437ee/Perempuan%20dan%20Pendidikan.md